Biarkan cinta membimbing kita, saat kehidupan menampakkan wajah sesungguhnya. Tak selalu indah memang, karena disitulah sebenarnya kita sedang menempa diri. Menyelesaikan serangkaian ujian dengan penuh harap meluluskan kita dengan predikat memuaskan. Bukan di akhirat saja, namun di dunia ini juga.
Sungguh, tidak mudah menghadirkan cinta kepada orang-orang yang kita anggap telah membuat kita sakit, secara fisik maupun psikis. Apalagi jika kita merasa ia melakukannya dengan sengaja untuk menghina, memojokkan, meminggirkan, atau bahkan menghancurkan kita, Alangkah sakitnya!
Ketahuilah! Jika tak menyakiti tak kan tersakiti.
Lalu hati kitapun terluka karenanya, merasa kotor dan tidak berharga. Kita berontak ingin membalas dendam. Kemudian menyimpan sakit hati beserta produk keturunannya; dendam, iri, dengki, marah, kecewa, malu, dan lain sebagainya. Mengira, itulah cara untuk menghukum orang itu. Dan kita merasa telah menang, Begitukah?
Padahal, alih-alih menyembuhkan luka, menyimpan dendam justru akan mebuat hati kita akan bertambah sakit dan nelangsa. Ibarat menelan racun mematikan, tapi berharap orang lain yang akan menderita karenanya. Tentu sangat menggelikan. Karena itu, dendam adalah sebuah kesalahan besar, sebab ia hakikatnya adalah hukuman bagi diri sendiri. Ia adalah pencuri kebahagiaan menghalangi kita memperoleh kualitas hidup yang memuaskan. Merantai hati untuk menikmati kelegaan karena dipenuhi dendam kesumat.
Biarkan cinta meraja di dalam jiwa, dimana salahsatu buahnya adalah kemampuan untuk memafkan siapapun yang pernah atau kita anggap, menyakiti kita. Sebab kita tak akan pernah bisa merasakan kebahagiaan sebelum membebaskan hati kita dari dendam, kecuali dalam cinta dan benci karena Allah. Namun kenapa memaafkan begitu sulit untuk kita lakukan.
Sering kita mengira bahwa memaafkan kesalahan berarti sama dengan menyetujui kesalahan itu, menerima kembali orang itu dalam kehidupan kita, atau memungkinkan untuk sakit hati lagi. Selain bahwa mendendam, kita sangka, akan memberi kita perasaan telah menghukumnya, atau berada diatas angin karena merasa telah melukukan tindakan yang benar. Apalagi jika teman-teman kita memberi persetujuan akan tindakan kita itu. Padahal semua itu tidaklah tepat adanya.
Memang tidak mudah, tapi mari kita lihat dari aspek manfaat dan madharat antara mendendam dan memaafkan. Yang satu akan menguras energy psikis kita dengan terus-menerus mencari pembenaran dan menunggu kesempatan menuntut balas, itu semua sangatlah melelahkan. Sedang satunya adalah hadiah untuk diri sendiri yang membebaskan. Memaafkan bukan berarti menghilangkan apa yang telah terjadi dan membebaskan orang yang salah dari keadilan hukumannya. Namun ia adalah pelepas segala beban pikiran, dan pembersihnya dari berbagai muatan negative, merasa bersalah, bersedih, minder, frustasi, atau stress. Karena semua telah terjadi, sepedih apapun, dimana waktu tidak bisa diputar kembali. Sedangkan hidup harus tetap berjalan dan harus dinikmati dengan penuh rasa syukur.
Disisi lain, bisa saja rasa sakit hati itu muncul karena perbedaan sudut pandang dan pengalaman, membuatnya terasa sangat subjektif. Karena kita terpenjara oleh pengalaman, pemahaman, dan pemaknaan bahasa yang sangat berbeda dengan orang lain. Kita merasa sakit, sedang orang itu tidak punya tendensi apa-apa terhadap kita. Faktanya, ini justru sering terjadi, apalagi dalam hubungan sepasang kekasih dan suami isteri. Dengan intensitas pertemuan dan gesekan emosi yang sangat tinggi.
Karena itu, kita butuh kekuatan luar biasa untuk bisa memaafkan orang lain, apalagi jika kita merasa mampu melakukan pembalasan. Dan hanya orang-orang hebat yang mampu melakukannya. Karna pemaafan hakikatnya adalah perang melawan diri sendiri agar meraih kebahagiaan optimal.
Meninggalkan identitas masa lalu, tidak mengungkit-ungkit kesalahan serta menutup lisan dan hati kita dari mendendam dan menyalahkan yang sudah terjadi. Hal ini agar kita tetap mudah berhusnuzhan kepada Allah, dan mengambil hikmah dari setiap kejadian, bahkan paling tidak mengenakkan sekalipun.
Hari ini hari baru. Mari kita sambut dengan semangat baru dan jiwa baru. Terbebaskan dan ringan menjalani hari-hari, sebab hidup tetap harus dilanjutkan. Wallahualam bissawab... Ya Allah mudahkan bagi kami memaafkan kesalahan, dan lindungi kami dari kesengajaan menyakiti orang-orang yang tidak berhak disakiti!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar